Surabaya, 4 Oktober 2016.
Dua ABK KRI Macan Tutul yang juga merupakan pelaku sejarah dalam pertempuran Laut Aru pada tahun 1962, ??yaitu Pelda (purn)?? Soeparman dan Pelda (purn) Adrian turut hadir dalam acara Diskusi Panel yang digelar dalam rangka memperingati HUT TNI ke-71 di Gedung PTA, Koarmatim, Ujung, Surabaya, pada hari Selasa (4/9).
Pangarmatim Laksda TNI Darwanto, SH., M.AP., yang bertindak sebagai Keynote speaker menyambut baik dan memberikan apresiasi yang tinggi terhadap penyelenggaraan diskusi panel dalam rangka memperingati HUT TNI ke-71 tahun 2016 ini, karena kegiatan tersebut secara nyata memiliki nilai positif untuk pengembangan kemampuan dan profesionalisme prajurit TNI AL.
Dalam acara yang dihadiri oleh 1.200 lebih prajurit ??dari berbagai satuan TNI AL di wilayah Surabaya dan Sidoarjo, seperti Koarmatim, Kobangdikal, Akademi Angkatan Laut, Pasmar I, Lantamal V, Puspenerbal, STTAL tersebut, menampilkan pembicara pertama KS Armatim Laksma ??TNI ING Ariawan, SE., M.M., ??yang membahas tentang?? ???fungsi dan nilai-nilai sejarah TNI AL untuk mewujudkan?? TNI yang kuat, hebat, professional dan berkarakter??? dan pembicara kedua Kadispsial Laksma TNI Drs. Mithra, M.Com. Psi. tentang ???sejarah TNI AL sebagai pilar pembentukan prajurit yang bermoral dan berani???.
Dihadapan ribuan prajurit matra laut itu, Pelda (purn)?? Soeparman dan Pelda (purn) Adrian diberi kesempatan untuk menyampaikan pengalaman selama bertugas menjadi prajurit, khususnya pada saat pelaksanaan operasi pembebasan Irian barat dan pertempuran Laut Aru. ???Saat pertempuran, kapal kami mengalami beberapa tembakan dari kapal perang Belanda. Tetapi kami tetap bertahan. Sampai akhirnya kami ditangkap dan dibawa ke Kaimana oleh Belanda. Kami diinterogasi dengan berbagai cara, kami ditempatkan diatas kursi listrik. Tetapi kami tetap pegang rahasia,??? ujar Soeparman dengan semangat.
Dalam sambutannya, Pangarmatim mengatakan bahwa dalam rentang waktu 71 tahun, TNI yang lahir dari rakyat, berjuang bersama rakyat dan berdarma bhakti untuk kepentingan rakyat, telah menjalankan tugas pokoknya sesuai dengan amanat konstitusi.
Dalam upaya menumbuhkembangkan TNI yang kuat, hebat, professional dan berkarakter maka pembangunan kekuatan pertahanan tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kekuatan pertahanan minimum dalam pertahanan Negara tri matra terpadu, tetapi juga ditujukan memperkuat jati diri sebagai Negara maritime dengan membangun TNI terutama TNI AL sebagai kekuatan maritime global yang disegani di kawasan Asia Timur. ???Untuk mewujudkan hal tersebut, salah satu pilar yang perlu dipahami dan dihayati adalah sejarah TNI dan TNI AL,??? ujar Pangarmatim.
Di era Presiden Soekarno, lanjutnya, kekuatan TNI bertumbuh pesat. Kekuatan militer Indonesia adalah salah satu yang terbesar dan terkuat di dunia. Bahkan, kekuatan Belanda di eranya, kalah dengan Indonesia. Kepandaian Bung Karno dalam menjalankan politik luar negerinya membuat Indonesia banyak m,endapatkan peralatan militer dari negera lain seperti Uni Soviet dan China, sehingga kekuatan yang dimiliki TNI sangat diperhitungkan Negara lain.
Saat itu, Indonesia diperkuat salah satu kapal terbesar dan tercepat di dunia buatan Soviet, yaitu RI Irian yang memiliki 12 meriam raksasa dan bobot 16.640 ton. Selain itu, Indonesia juga mempunyai 12 kapal selam kelas Whiskey dan puluhan kapal korvet.
Dari catatan sejarah, Indonesia sebagai Negara maritime sangat membutuhkan kekuatan TNI AL yang modern dan berkelas dunia sehingga perlu membangun kekuatan dan kemampuan TNI AL agar menjadi pilar utama dalam membentuk kekuatan TNI yang kuat, handal, professional dan berkarakter.
Diskusi panel ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada personel TNI AL tentang peran dan nilai-nilai sejarah TNI AL dalam mewujudkan TNI yang kuat, hebat, professional dan berkarakter. Tanpa pemahaman tentang kekuatan sejarah dan kekuatan geografis, cita-cita dan harapan membangun kejayaan Indonesia sebagai Negara maritime akan hilang konteks historisnya.
keterangan gambar : Komandan STTAL Laksma TNI Siswo H.S., M.MT selaku penanggung jawab diskusi panel menyambut kedatangan dua pelaku sejarah di STTAL.